Judul :
Suatu hari di sebuah SMA (sekolah menengah pertama) elit di Jakarta diadakan penerimaan siswa baru yang mendapat beasiswa dari berbagai daerah.
Fatimah : “Alhamdulillah ya, A. kita sekarang sudah diterima di SMA ini. Meskipun kita the emang orang yang gak punya, tapi dengan keuletan kita, kita bisa diterima di sini”.
Ahmad : “Ya, neng. Aa juga bahagia banget bisa masuk ke sekolah ini the. Tapi yang Aa takutkan, kita tidak bisa menyesuaikan diri dengan anak-anak kota yang belagu”.
Fatimah : “Euleuh.. ari Aa. Jangan dulu suudzon gitu. Belum tentu orang kota the belagu semua. Pasti ada juga yang baiknya”.
Ahmad : “Emang bener. Tapi kan biasanya banyak yang belagu. Apalagi ini the SMA elit di Jakarta”.
Fatimah : “ ya mudah-mudahan baik semua. Asalkan kita baik”.
Ahmad : “Ya udah, neng. Jangan ngobrol mulu. Mending kita masuk ke kelas. Sebelum pengajarnya datang”.
(sesampainya di kelas)
Diana : “Denger-denger ada murid baru nih. Katanya sih dari Garut”.
Rian : “Iya nih. Pantes aja ini kelas bau kambing!”.
(seluruh siswa tertawa terbahak-bahak)
Shily : “Hi guys. Mereka tuh temen kita juga tahu”.
Nifha : “Iya. Lagipula siapa tahu aja mereka lebih pintar dan lebih baik dari kita”.
Rolek : “Mana mungkin mereka lebih pintar dan lebih baik dari kita. Kita kan orang kota. Sedangkan mereka, hanya orang desa!”. (sambil membalikan ibu jari)
Tiba-tiba pengajar datang. Mereka pun berhenti berbicara dan belajar seperti biasa. Tak lama kemudian bel istirahat pun berbunyi. Semua siswa pun berhamburan ke Kantin. Tetapi Fatimah dan Ahmad tidak karena mereka telah membawa perbekalan dari rumah dan mereka pun makan bersama di kelas.
(Sedangkan di Kantin)
Annisa : “Eh, ternyata orang Garut itu pintar juga ya!”.
Nifha : “Iya, bisa juga dimanfaatin buat ngerjain tugas!”.
Shily : “Hush. Gak boleh gitu. Gak baik. Seharusnya kita jadiin temen buat nambah wawasan kita”.
Nifha : “Bener juga sih. Maaf deh, aku salah”.
(sedangkan di dalam kelas)
Diana : (sambil bertepuk tangan) “Widiihh. Udah bisa mandiri nih ceritanya. Bawa bekal , makanan apaan nih. Kayaknya kucing gue aja belum tentu mau makan yang kayak gini”.
Rian : “Iya, Di. Makanan kayak gini sih pantesnya di tong sampah!”.
Zoe : “Hahaha. Bener banget tuh”.
Fatimah : “Makanan ini the emang makanan orang kampung. Tapi gizinya gak kalah sama kok sama makanan orang kota kayak kalian”.
Ahmad : “Apalagi harganya yang terjangkau”.
Zoe : “Emang makanan orang kismin itu murah, Madesu”.
Rian : “Yoi. Apalagi loe bilang makanan ini sama bergizinya sama makanan kita. Ugh, gak banget deh!”. (sambil mengambil makanan Fatimah dan Ahmad).
Tiba-tiba datang Shily, Nifha dan Annisa.
Shily : “Eh, apa-apaan kalian!”.
Diana : “Gak ngapa-ngapain. Cuma pengen ngasih pelajaran doang sama mereka mereka ini yang sok pinter”.
Annisa : “Emang mereka salah apa?”.
Diana : “Tanyain aja sama mereka. Udah ah, males banget deket-deket sama mereka. Cabut yuk!”.
Zoe dan Rian : “Okke brow!”.
Diana CS pun pergi meninggalkan kelas.
Shily : “Kalian gak apa-apa kan? Dan kenapa mereka kayak gitu. Emangnya kalian punya salah sama mereka?”.
Fatimah : “Nggak apa-apa kok. Perasaan kami teh gak ngelakuin kesalahan sama mereka”.
Nifha : “Ya mungkin meraka gak suka sama gaya kalian. Mereka kan gak mau ada orang yang lebih popular di SMA ini selain dari mereka”.
Ahmad : “Oh gitu. Y a udah, nggak apa-apa. Tapi apa yang harus kami lakukan agar mereka teh nggak ngeganggu kami lagi”.
Shily : “Menurut aku sih kalian sabar aja. Soalnya mereka itu sifatnya emang udah kayak gitu”.
Ahmad : “Ya mungkin itu teh resiko buat orang kampung yang sekolah di lingkungan orang-orang elit”.
Shily : “Ssstt… Jangan ngomong kayak gitu. Kita semua ini sama kok. Malahan kalian lebih pintar dari mereka”.
Nifha : “Bener. Mereka Cuma modal harta sama belagu doang”.
Annisa : “Mmm ngomong ngomong nama kalian siapa ya. Kan kita belum kenalan”.
Fatimah : “Oh iya. Perkenalkan nama saya the Fatimah Az-Zahra. Kalian boleh panggil aku Imah. Dan ini Muhammad soleh, dan sering dipanggil Ahmad. Kalau nama kalian siapa?
Annisa : “Emmph, nama saya Annisa Zaliyantie. Dan mreka temen-temen saya. Shily Eloisa dan Nifha Agustin.
Shily &Nifha : “Salam Kenal”.
Ahmad & Fatimah : “Salam Kenal juga”.
Shily : “Mmmmm. Kalo boleh Tanya, kalian punya hubungan apa ya? Kok bisa sedeket gitu?”.
Ahmad : “Emphh, sebenernya saya dan Fatimah the temen deket. Tapi yang lebih special gitu”.
Nifha : “Oh, pacaran maksudnya?”.
Fatimah : “Boleh dibilang gitu”.
Annisa : “Ekhm ekhm. Prikitiw !”.
Shily : “Kalian serasi banget deh kalo lagi berdua gitu. Hehe”.
Ahmad : “Ya harus. Bener gak neng?”.
(Fatimah hanya tersenyum malu)
Ternyata bel masuk pun berbunyi. Karena berhubungan ada rapat hari pertama sekolah, maka kelas/ kegiatan belajar mengajar pun dibubarkan.
(saat perjalanan pulang)
Ahmad : “neng, gimana? Seneng gak sekolah disini?”.
Fatimah : “Seneng sih seneng. Tapi neng teh gak terlalu suka sama anak-anak yang sombong itu loh”.
Ahmad : “tapi kan masih ada temen-temen yang baik. Kayak Shily, Annisa dan Nifha itu”.
Fatimah : “Tapi neng takut kalo terus kayak gini mah”.
Ahmad : “Kenapa harus takut. Nggak bakalan ada apa-apa. Aa masih disini, nemenin neng”.
Fatimah : “Bener?”.
Ahmad : “Iya atuh. Aa janji bakalan selalu ada buat neng. Aa bakalan selalu ngejagain neng dan Aa juga rela ngelakuin apa aja demi neng”.
Fatimah : “Aa janji? Atau emang ini the Cuma ngomong?”.
Ahmad : “Janji lakh. Percaya atuh sama Aa”. (sambil salam jari kelingking)
(Fatimah pun menerima salam kelingking ahmad)
Saat di persimpangan jalan, Fatimah dan Ahmad melihat Diana CS sedang nongkrong sambil menghisap rokok.
Ahmad : “Neng liat. Itu yang tadi udah ngejek kita kan?”.
Fatimah : “Iya A. astagfirullahal’adzim. Mereka ngerokok”.
Ahmad : “Apalagi itu yang cewek. Keterlaluan pisan”.
Fatimah : “Neng harap Aa mah jangan sampai kayak gitu. Bergaul yang wajar aja. Jangan keterlaluan”.
Ahmad : “Moal atuh neng. Aa mah gak akan seperti itu. Amit-amit kalo Aa ngelakuin itu”.
Fatimah : “Neng catet nya omongan Aa yang tadi teh”.
Ahmad : “Nya atuh neng ku sayang”.
Keesokan harinya setelah bel istirahat berbunyi, Ahmad pergi ke kamar mandi. Disana ia dihalangi oleh Diana CS.
Zoe : “Ternyata cewek loe itu oke juga ya. Boleh dong jadi mainan gue”.
Rian : “Yoi. Semalam berapa tuh?”.
Ahmad : “Kalian jangan ngomong sembarangan!”.
Zoe : “Waduh. Udah berani nantangin kita nih bocah kampung?”.
Rian : “Harus dikasih pelajaran nih”. (sambil menarik kerah baju Ahmad).
Ahmad : “M.mmm.mm. maafin Ahmad”.
Zoe : “Ekh tunggu dulu. Loe liat gak tampang si cupu ini. Boleh juga jadi anggota baru buat geng kita”.
Diana : “Haah. Serius loe. Bagus apanya ni bocah cupu?”.
Zoe : “Arghh, gak usah banyak omong. Sekarang bawa dia ke belakang sekolah!”.
(sesampainya di belakang sekolah)
Diana : “Loe yakin Zoe mau rubah penampilan nih cupu?”.
Zoe : “Udah lakh nggak usah banyak Tanya. Ian, ambil gell rambut gue”.
Rian pun membawakan gell rambut zoe. Zoe pun mulai merubah penampilan Ahmad. Penampilan Ahmad pun telah dirubah oleh Zoe.
Zoe : “Apa kan gue bilang. Liat nih penampilan si cupu udah rubah 1800”.
Diana : “Mantep bener Zoe. Bener-bener berubah drastis”.
Rian : “Keren juga loe”.
Ahmad : “Kalian ini apa-apaan. Apa yang kalian inginkan dari saya?”. (seolah tak terima dengan penampilannya yang berubah)
Zoe : “Kita gak perlu apa-apa dari loe. Kita Cuma pengen pengabdian loe aja”.
Rian : “Dan gue pengen loe jauhin Fatimah”.
Ahmad : “Pengabdian apa? Dan kenapa saya teh harus jauhin Fatimah”.
Diana : “Pengen hidup bahagia atau dapet terror selamanya?”.
Ahmad : “Teror apa maksudnya teh?”.
Diana : “Kalo loe gak mau turutin apa yang kita mau, pacar loe yang wong deso itu bakal jadi taruhannya. Apa loe mau dia sengasara seumur hidu?”.
Ahmad : “Jangan pernah nyakitin Fatimah. Dia teh gak punya salah apa-apa”.
Rian : “Makanya turutin semua keinginan kita”.
Ahmad : “Baiklah. Saya bakalan turutin semua yang kalian mau asalkan Fatimah tidak kalian ganggu sedikitpun”.
Zoe : “Loe janji?”.
Ahmad : “Ya. Saya janji. Demi Fatimah…..
Ahmad pun bergabung dengan geng Diana CS. Dan dia pun selau menjauhi Fatimah karena dia tidak mau Fatimah celaka. Karena heran dengan tingkah laku ahmad, Fatimah pun menemui Ahmad.
Fatimah : “Aa kenapa sih sekarang mah kalo Aa ngeliat neng teh suka ngehindar? Aa teh udah gak cinta lagi ya sama neng?”. (dengan nada bicara penuh emosi)
Ahmad : “Bukan gitu neng. Tapi …. Tapi …
(Fatimah langsung memotong pembicaraan)
Fatimah : “Tapi kenapa? Kalo Aa udah gak cinta lagi ke neng, bilang aja atuh. Jangan pake tapi-tapian segala”.
Ahmad : “Sebenernya Aa teh masih cinta sama neng. Tapi karena ada sesuatu yang harus ngejauhin aa dari neng. Jadinya Aa teh begini”.
Fatimah : “Sesuatu apa sih A? apa harus kayak gini? Ngomong atuh A. jelasin semua sama neng. Mana janji Aa teh. Janji ngejaga neng selamanya. Itu mah Cuma ngomong doang”.
Ahmad : “Maafin Aa neng. Tapi ini semua teh demi kebaikan neng juga. Aa teh gak mau neng celaka dan disakitin sama orang lain”.
Fatimah : “Terserah Aa weh. Neng mah gak percaya lagi sama kata-kata aa teh”.
(Fatimah langsung meninggalkan ahmad sambil menangis)
Di taman sekolah, Fatimah menangis sendirian. Saat itu juga Annisa, Shily dan Nifha melihat Fatimah menangis. Mereka pun langsung mendatangi Fatimah.
Annisa : “Imah, kenapa kamu nangis?”.
Fatimah : “Nggak kok, nggak apa-apa.
Shily : “Air matamu bertolak belakang dengan perkataanmu. Cerita ajja. Kami pasti akan bantu.
Fatimah : “Ahmad berubah”.
Nifha : “Emang berubah gimana, Imah?”.
Fatimah : “Sekarang Ahmad teh selalu neghindar dari Imah. Sekarang juga penampilan Ahmad jadi beda. Kayak yang terbawa pergaulan bebas gitu”.
Annisa : “Emang bener sih. Aku juga bener-bener aneh sama penampilannya sekarang”.
Shily : “Mmmm, dan katanya sih dia gabung sama geng Diana CS”.
Fatimah : “Gak mungkin! Dulu Ahmad pernah bilang sama imah gak bakalan terbawa pergaulan bebas kayak geng itu”.
Nifha : “Tapi kan kenyataannya?”.
Annisa : “Mending kita samperin Diana CS di belakang sekolah. Apa disana ada Ahmad?”.
Fatimah : “Kenapa harus di belakang sekolah?”.
Shily : “Karena di sana tempat ngumpulnya geng Diana CS”.
(sementara di belakang sekolah)
Zoe : “Nih!”. (sambil memberikan sebatang rokok)
Ahmad : “Maksudnya apa ini teh?”.
Rian : “Argghh, bawel mulu. Cepet hisep rokok ini! Kalo nggak, pacar loe jadi taruhannya”.
Ahmad : “Ya..ya. aku hisap rokok ini, tapi jangan pernah sakitin Fatimah”.
Saat Ahmad akan menghisap rokok, tipa-tiba datang Fatimah, Shily, dan yang lainnya.
Fatimah : (sambil terbentak) A…a….Aa… Apa itu teh bener-bener Aa?
Ahmad : (langsung membuang rokoknya) “m..mmm….m… neng?”.
Setelah melihat itu, Fatimah langsung berlari meninggalkan belakang sekolah. Saat Ahmad akan mengejar Fatimah, Rian menahannya.
Rian : (sambil memegang tangan Ahmad). “Biarkan dia pergi, atau…..”
(Ahmad bingung tak menentu)
Shily : “Aku bener-bener gak nyangka sama kamu. Tega-teganya kamu lakuin semua ini”.
(Ahmad hanya menunduk terdiam)
Nifha : “Apa sih yang ada dipikiran kamu sampe kamu ngelakuin hal kayak gini?”.
Annisa : “Udah lakh. Biarin aja dia di sini. Mending kita kejar Fatimah, sebelum dia pergi jauh”.
Shily : “Bener. Percuma kita diam-diam disini. Apalagi sambil nanya-nanya Ahmad. Ayo kita kejar Imah!”.
Nifha : “Brengsek loe!”. (sambil menunjuk Ahmad)
Shily : “Udah, ayo” (sambil menarik Nifha)
Annisa, Nifha dan Shily pun meninggalkan Diana CS. Setelah mencari-cari, mereka tidak menemukan Fatimah.
Annisa : “Kemana perginya Imah ya?”.
Nifha : “Iya nih. Mungkin sekarang dia lagi nangis sendirian”.
Shily : “Bener banget. Dia pasti bener-bener terpukul ngeliat Ahmad ngelakuin itu”.
Annisa : “Udah lakh. Daripada ngomong mulu. Mending kita cepet-cepet cari Imah”.
Shily : “Oh, aku baru inget sekarang”.
Nifha : “Inget apa?”.
Shily : “Kalian tahu kan tempat kesukaan Imah?”.
Annisa : “Oh iya. Di …..”.
(dengan serentak Annisa, Nifha dan Shily berkata) : “TAMAN”.
Sementara itu di Taman…
Rolek : “Lagi ada yang sedih nihh?”.
(Fatimah hanya diam dan melanjutkan tangisannya)
Rolek : “Nih”. (sambil memberikan sehelai tisu)
Fatimah : (sambil mengambil sehelai tisu) “Makasih, ya”
Rolek : “Kamu tahu gak siapa Rolek itu?”.
(Fatimah hanya menggelengkan kepala)
Rolek : “Rolek gak akan pernah bisa membiarkan seseorang menangis. Apalagi seorang perempuan”.
Fatimah : “Maksudnya?”.
Rolek : “Kan kamu lagi sedih. Boleh dong aku ngehibur kamu. Siapa tahu aja kamu bisa senyum lagi”.
Fatimah : “Mmmmmm”.
Rolek : “Ayolah… Sebagai teman”.
Fatimah : “Terserah kamu ajja weh”.
Rolek : (bernyanyi-nyanyi kocak)
(Fatimah hanya tersenyum)
Rolek : “Tuh kan. Kalau senyum itu enak diliatnya. Jangan sedih mulu dong,sobat”.
Fatimah : “Makasih ya atas hiburannya”.
Rolek : “Ekh maaf ya aku pernah ngehina kamu”.
Fatimah : “Kapan?”.
Rolek : “Waktu pertama kali masuk kelas itu loh”.
Fatimah : “Oh, yang itu. Gak apa apa. Sebelum kamu minta maaf, Imah teh udah maafin kok”.
Rolek : “Makasih ya. Sekarang kita temenan ya?”. (sambil tersenyum kepada Fatimah)
(Fatimah hanya membalas seyuman kembali)
Rolek : “Jangan nangis lagi ya”.
Fatimah : “Iya deh”.
Fatimah dan Rolek pun meneruskan pembicaraannya. Sampai datanglah Shily, Annisa, dan Nifha.
Shily : “Oh, ternyata kamu disini Imah”.
(Fatimah hanya tersenyum)
Nifha : “Iya. Dari tadi kami nyariin kamu loh Imah”.
Fatimah : “Maafin Imah temen-temen”.
Annisa : “Ya lakh kami maafin. Bener gak temen-temen?”.
Nifha & Shily : “Pastinya dong”.
Nifha : “Rolek, pasti kamu ya yang udah buat Imah tersenyum lagi”.
Rolek : “Iya lakh…. Rolek… (dengan nada bangga)
Shily : “Bagus lakh kalo begitu”.
Tiba-tiba bel masuk pun berbunyi.
Annisa : “Nah, bel masuk udah bunyi tuh. Kita masuk ke kelas yuk!”.
Rolek dan yang lainnya : “Yuk..”.
Di kelas mereka pun belajar seperti biasa. Tak lama kemudian bel pulang pun berbunyi. Seluruh siswa pun berhamburan keluar. Tetapi tidak untuk Diana CS. Seperti biasanya, mereka berkumpul di belakang sekolah.
Ahmad : “Saya mau pulang duluan”.
Rian : “Mau apa loe pulang duluan? Pasti mau ketemu Fatimah kan?”.
Ahmad : “Mmmmmm…”.
Rian : “Arghhh, keenakan banget loe pulang duluan”.
Zoe : “Udah lakh, Ian. Ngapain loe ngurusin si Ahmad lagi?”.
Rian : “ekh, gimana sih loe. Loe semua kan tahu kalo gue suka ama Fatimah”.
Zoe : “Terus?”.
Rian : “Loe tuh pura-pura bego apa udah terlanjur bego?? Jelas-jelas si Ahmad tuh cowoknya Fatimah”.
Zoe : “Oh, loe pengen si Ahmad sama si Fatimah jauh lagi?”.
Rian : “Tenang brow. Kita pasti bantu kok. Tapi gue heran banget. Kok loe bisa suka sama si Fatimah itu? Cewek loe kan masih banyak”.
Rian : “Gue Cuma penasaran aja sama kopolosan si Fatimah itu”.
Diana : “Tapi gak gini caranya kaliii…”.
Rian : “Terus gue harus gimana dong?”.
Ahmad : (ikut berbicara) “Biarin Ahmad sama Fatimah bersatu”.
Rian : “Diem loe. Ngomong mulu”.
Zoe : “Gini ya. Menurut Thomas Alfa Edison dan James watt pada KMB di Den Haag Belanda menyatakan bahwa: mengambil hak orang lain dengan cara mengahancurkan suatu hubungan adalah tidak baik adanya”.
Diana : “Arghh, parah loe. Otak sempit gitu pengen tau urusan internasional. Mana gak nyambung lagi”.
Rian : Iya nih. Pantes aja RSJ juga gak mau nerima ni anak, pikirannya udah gak nyambung banget”.
(Mereka pun terus bersenda gurau)
Keesokan harinya……
Ahmad : “Boleh Ahmad ke belakang dulu?”.
Zoe : “Owh, tidak bisa..”.
Rian : “Biarin ajja”.
(Ahmad pun langsung berlari meninggalkan Diana CS)
Diana : “Loe kesambet setan apa ampe ngebiarin Ahmad pergi gitu aja?”
Rian : “Biarin ajja. Paling juga mau ke taman, nemuin Fatimah ”.
(Diana dan Zoe terbengong-bengong)
Diana : “Ian, kok gue nyangkep sesuatu yang ganjil dari loe… Mmmm, tentang Fatimah?”.
Rian : “Kok loe tahu? Sejak kapan loe belajar ilmu dukun?”.
Diana : “Serius nih! Emang ada apaan sih?”.
Rian : “Bagus deh loe nanya. Sebenernya gue agak berat sih ngomongnya. Tapi gue harus jujur sebelum terlambat”.
Zoe : “Ada apa sih? Kok kayaknya serius gitu?”.
Rian : “Sebenernya Fatimah itu sodara gue. Gue juga kaget. Kemarin pulang dari sini nyokap gue bilang keponakannya dari Garut dapet beasiswa di sekolah ini dan namanya itu ya si Fatimah”.
Diana : “Haaahh! Terus nyokap loe tau kita sering ngejek dia? Wahh, bisa gaswat nih. Nyokap loe kan bawelnya minta ampun”.
Rian : “Tenang aja, gak usah panik gitu. Nyokap gue gak tau kok. Cuma yang gue takutin si Fatimah bakalan ngadu ke nyokap gue bhwa kita udah ngerubah pacarnya jadi punk rock!”.
Zoe : “Wahh, parah tuh. Trus kita harus ngapain dong?”.
Diana : “Gak ada cara lain selain minta maaf dan nyatuin lagi si Ahmad sama Fatimah”.
Rian : “haaahh, gak salah? Mau dikemanain harga diri kita?”.
Diana : “Harga diri gak akan ngaruh dihadapan nyokap loe! Lagipula emang kita salah. Sebelum kita tahu Fatimah itu sodara loe, kita harus tetep baik sama dia”.
Rian : “Emang ada benernya juga sih. Tapi loe yakin mau minta maaf sama mereka?”.
Diana : “Sebenernya sih emang gak terlalu mau. Tapi masalahnya loe tuh sahabat gue. Gue itu kasian sama lo, Rian Situmorang..”.
Rian : “Oke deh, thanks.”.
Diana : “Trus, kapan kita mau minta maaf?”.
Rian : “Tahun depan….”.
Zoe : “Nggak kelamaan tuh?”.
Rian : “Ya lama lakh. Loe semua bego amat sih. Biar masalahnya cepet selesai, mending sekarang kita samperin Ahmad. Dia pasti lagi nemuin Fatimah di taman.
Zoe & Diana : “Ya udah, ayo”.
(Sementara itu di taman)
Fatimah, Rolek, Shily, Nifha dan Annisa sedang bercanda ria. Dihadapannya datang Ahmad.
Ahmad : “Temen-temen, boleh nggak saya pinjem Imah? Sebentar ajja”.
Annisa : “Ngapain kamu ganggu Fatimah lagi?”.
Nifha : “Pake ngomong dipinjem segala lagi. Emang Imah barang”.
Fatimah : “Udah biarin ajja dia ngomong. Ada apa aa nyari neng?”.
Ahmad : “Bisa nggak aa sama neng teh ngomong berdua?”.
Fatimah : “Di sini ajja. Lagi seru ini teh”.
Ahmad : “Please”.
Shily : “Udah. Ngomong berdua ajja sana. Kasian tuh si Ahmad mukanya ampe kusut gitu, hehe”.
Fatimah : “Iya..iya”.
(Fatimah dan Ahmad pun berbicara berdua)
Ahmad : “Neng, maafin Aa ya. Aa emang salah. Aa nyesel udah ingkar janji sama neng. Aa Cuma gak mau neng teh ada yang gangguin”.
Fatimah : “gak segampang itu, A. neng udah sakit hati sama sikap sama penampilan Aa sekarang”.
Ahmad : “Terus Aa harus gimana? Apa perlu Aa teh loncat dari gedung sekolah agar neng bisa maafin Aa”.
(tiba-tiba Diana CS datang dan langsung memotong pembicaraan)
Diana : “Udah, maafin aja. Kita yang maksa kok!”.
Ahmad : “Diana? Mau apa kalian kesini? Jangan pernah coba nyakitin Imah sedikitpun!”.
Zoe : “Wow, kayak superhero kesasar nih?”.
Rian : “Tenang aja. Kita datang kesini baik-baik kok”.
Diana : “Kita Cuma mau minta maaf, karena kita udah berusaha jauhin loe sama Ahmad”.
Fatimah : “Maksudnya apa ini teh A?”.
Diana : “Aduh, ini anak loading juga. Kita bertiga mau minta maaf. Soalnya kita udah ngancem Ahmad buat jauhin loe. Kalo nggak, loe bakalan menderita seumur hidup dan si Ahmad gak mau itu terjadi sama loe. Jadi dia berusaha ngehindar dari loe”.
Fatimah : “Bener itu teh A?”.
Ahmad : “Iya neng. Aa teh gak mau kamu ada yang nyakitin. Jadi, selagi Aa bisa ngecegah hal itu, ya aa lakuin. Tapi kamu malah salah pengertian”.
Rian : “Jadi gimana? Kalian mau maafin kita-kita gak?”.
Fatimah : “Iya, pasti kami maafin”.
Diana : “Oke, thanks. Sorry, kita gak bisa lama-lama di sini. Maklum orang sibuk”.
Ahmad : “Iya, gak apa-apa”.
(Diana CS pun meninggalkan Ahmad dan Fatimah)
Ahmad : “Alhamdulillah, semua teh jadi normal kembali “.
Fatimah : “Kecuali penampilan Aa yang teu normal”.
Ahmad : “Neng teh lebih suka penampilan Aa yang mana, dulu atau sekarang?”.
Fatimah : “Dulu atuh. Tapi sekarang juga lebih keren”.
Ahmad : “Ya bagus deh. Berarti neng teh tambah cinta sama Aa?”.
Fatimah : “Ikhh, geer. Siapa juga yang mau sama preman kampung kayak Aa”.
Ahmad : “Oh, gak mau nih ceritanya?”.
Fatimah : “Gak mau nolak”.
Dari kejauhan…
Rolek : “Ekhm…ekhmmm…”.
Shily : “Ada yang baikan lagi nih ceritanya”.
Ahmad dan Fatimah pun menoleh ke teman-temannya dan langsung mendatanginya…
Nifha : “Aku percaya cinta kalian akan abadi”.
Annisa : “Yeah, kalian memang pasangan sehidup semati”.
Shily : “Tapi ini baru rintangan yang pertama. Untuk kedepannya, kalian harus lebih semangat mempertahankan cinta kalian itu..”.
Ahmad & Fatimah : “Pasti”.
Rolek : “Dan yang pasti, jangan nangis mulu”.
Fatimah : “Iya..iya..”.
Akhirnya Ahmad dan Fatimah bersama kembali. Annisa, Shily, Nifha, dan Rolek pun terus menjadi sahabat Fatimah dan Ahmad, begitu pula Diana CS. Mereka menjadi berperilaku baik pada Fatimah dan Ahmad. Dan oleh karena itu, Diana CS terbawa baik karena pergaulannya dengan Fatimah dan yang lainnya. Walaupun memang keadaan fisik/penampilan Diana CS dan Ahmad seperti punk rock, tetapi hati mereka tetaplah baik dan bertolak belakang dengan penampilan luar mereka.
sorry yya.. aku blm thu judulnya.. ini naskah mrupkan hsil pkiran grup kmi wktu mwu di test drama..
klo mau copy, copy ajja. asal pengarangnya dtulis.. hehe
yg pasti baca dulu, pasti dpet deh jdulnya..
^_^
seep lakh
BalasHapus