Jumat, 16 November 2012

LAPORAN PRESENTASI SEJARAH KERAJAAN SRIWIJAYA

A.    Sejarah Kerajaan Sriwijaya

                    Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan pesisir Kalimantan. Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682.Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangandi antaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa pada tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.
Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan berpendapat bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatera Selatan sekarang), tepatnya di sekitar situs Karanganyar yang kini dijadikan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya.Pendapat ini didasarkan dari foto udara tahun 1984 yang menunjukkan bahwa situs Karanganyar menampilkan bentuk bangunan air, yaitu jaringan kanal, parit, kolam serta pulau buatan yang disusun rapi yang dipastikan situs ini adalah buatan manusia. Bangunan air ini terdiri atas kolam dan dua pulau berbentuk bujur sangkar dan empat persegi panjang, serta jaringan kanal dengan luas areal meliputi 20 hektar. Di kawasan ini ditemukan banyak peninggalan purbakala yang menunjukkan bahwa kawasan ini pernah menjadi pusat permukiman dan pusat aktifitas manusia.Namun sebelumnya Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak pada kawasan sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi (di provinsi Jambi sekarang), dengan catatan Malayu tidak di kawasan tersebut, jika Malayu pada kawasan tersebut, ia cendrung kepada pendapat Moens, yang sebelumnya juga telah berpendapat bahwa letak dari pusat kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi Muara Takus (provinsi Riau sekarang), dengan asumsi petunjuk arah perjalanan dalam catatan I Tsing, serta hal ini dapat juga dikaitkan dengan berita tentang pembangunan candi yang dipersembahkan oleh raja Sriwijaya (Se li chu la wu ni fu ma tian hwa atau Sri Cudamaniwarmadewa) tahun 1003 kepada kaisar Cina yang dinamakan cheng tien wan shou (Candi Bungsu, salah satu bagian dari candi yang terletak di Muara Takus). Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola I, berdasarkan prasasti Tanjore, Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Kedah sekarang).
B.     Kehidupan Politik
Sumber-sumber sejarah yang dapat digunakan untuk mengetahui kerajaan sriwijaya antara lain sebagai berikut:
1.      Berita-berita dari China, India, Malaka, Ceylon, Arab, dan Pani.
2.      Prasasti-prasasti (6 di Sumatra Selatan dan satu di Pulau Bangka).
a)      Prasasti Kedukan Bukit (605 S/638 M) di Palembang. Isinya Dapunta Hyang mengadakan perjalanan selama delapan hari dengan membawa 20 ribu pasukan dan berhasil menguasai beberapa wilayah. Dengan kemenangan ini Sriwijaya menjadi makmur.
b)      Prasasti Talang Tuo (606 S/684 M) di sebelahbarat Palembang. Isinya tentang pembuatan Taman Srikserta oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran semua makhluk.
c)      Prasasti Kota Kapur (608 S/686 M) di Bangka.
d)     Prasarti Karang Birahi (608 S/686 M) di Jambi. Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Karang Birahi berisi permohonan kepada dewa untuk keselamatan rakyat dan Kerajaan Sriwijaya.
e)      Prasasti Talaga Batu (tidak berangka tahun) di Palembang. Isinya berupa kuitukan terhadap mereka yang melakukan kejahatan dan melanggar perintah raja.
f)       Prasasti Palas Pasemah di Pasemah, Lampung Selatan. Berisi tentang wilayah lampung Selatan telah diduduki Sriwijaya.
g)      Prasasti Ligor (679 S/ 755 M) di tanah genting Kra. Isinya Sriwijaya diperintah oleh Darmaseta.
Menurut sumber cerita Cina yang ditulis oleh I-Tsing dinyatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke 7 M. berdasarkan prasasti Ligor, pusat pemerintahan Sriwijaya di Muara Takus kemudian dipindahkan ke Palembang. Kerajaan Sriwijaya kemudian muncul sebagai kerajaan besar di Asia Tenggara.
Perluasan wilayah dilakukan dengan menguasai Tulang Bawang (Lampung), Kedah, Pulau Bangka, Jambi, Tanah genting Kra dan Jawa (Kaling dan Mataram Kuno). Dengan demikian, Kerajaan Sriwijaya bukan lagi merupakan kerajaan senusa (kerajaan yang berkuasa atas satu pulau saja) melainkan merupakan Negara antarnusa (Negara yang berkuasa atas beberapa pulau) sehingga Sriwijaya merupakan Negara nasional pertama di Indonesia.
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa Balaputra. Raja ini mengadakan hubungan persahabatan dengan Raja Dewapala Dewa dari India. Dalam Prasasti Nelanda disebutkan bahwa Raja Dewapala Dewa menghadiahkan sebidang tanah untuk mendirikan sebuah biara untuk para pendeta Sriwijaya yang belajar agama Buddha di India. Selain itu dalam Prasasti Nelanda juga disebutkan bahwa adanya silsilah raja Balaputra Dewa dan dengan tegas menunjukkan bahwa raja Syailendra (Darrarindra) merupakan nenek moyangnya.
C.    Kehidupan Sosial Ekonomi
Letak Sriwijaya sangat strategis di jalur perdagangan antara India-Cina. Di samping itu juga berhasil menguasai Selat Malaka yang merupakan urat nadi perdagangan di Asia Tenggara, menjadikan Sriwijaya berhasil menguasai perdagangan nasional dan internasional. Penguasaan Sriwijaya atas Selat Malaka
mempunyai arti penting terhadap perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim, sebab banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk menambah air minum, perbekalan makanan dan melakukan aktivitas perdagangan. Sriwijaya sebagai pusat perdagangan akan mendapatkan keuntungan yang besar dan akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang hidup dari pelayaran dan perdagangan.


D.    Kehidupan Keagamaan
Dalam bidang agama, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya ialah Agama Buddha Mahayana, salah satu tokohnya ialah Dharmakirti.

Para peziarah agama Buddha dalam pelayaran ke India ada yang singgah dan tinggal di Sriwijaya. Di antaranya ialah I'tsing. Sebelum menuju ke India ia mempersiapkan diri dengan mempelajari bahasa Sanskerta selama 6 bulan (1671); setelah pulang dari India ia tinggal selama 4 tahun (681-685) untuk menerjemahkan agama Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Cina. Di samping itu juga ada pendeta dari Tibet, yang bernama Atica yang datang dan tinggal di Sriwijaya selama 11 tahun (1011-1023) dalam rangka belajar agama Buddha dari seorang guru besar Dharmakirti.

E.     Pertanyaan-pertanyaan
Raka          : Jelaskan asal-usul nama sriwijaya !
Jawab        : Nama sriwijaya diambil dari  bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan", maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang"
Iis SKN     : Mengapa pusat pemerintahan Sriwijaya berpindah ke Palembang?
Jawab        : Karena Palembang merupakan daerah yang strategis tempatnya sehingga sangat cocok untuk dijadikan pusat pemerintahan.
Rismaya    : Bagaimana cara kerajaan sriwijaya menguasai selat malaka apa buktinya ?
Jawab        : Dengan cara melakukan perjalanan beberapa hari dengan membawa pasukan berpuluh-puluh ribu sampai bisa menguasai beberapa wilayah (dengan berperang). Buktinya bisa dilihat dari isi Prasasti Kedukan Bukit.
DAFTAR PUSTAKA
Listiani, Dwi Ari. 2009. Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI. Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar