Selasa, 24 Desember 2013

lanjutan Sebening Ketulusan Hati 3

 TAK APA
"Malam ini harus belajar lagi" ucapku dalam hati. Aku mengambil ember di halaman rumah belakang, melangkah ke kamar mandi dan mengisi air ke ember yang kupegang hingga penuh. Aku tersenyum kecil, sambil membawa ember yang telah kuisi tadi. Terkadang airnya menetes ke sepanjang jalan menuju kamarku. Aku menyimpannya di bawah meja belajar. Buku-buku ku rapihkan. Pelajaran hari ini ku baca terlebih dahulu. Sebentar saja ku buka catatan hijauku yang berisi daftar tugas yang harus kukerjakan. Kususun dari mulai prioritas paling utama hingga tugas yang paling santai bagiku. Kutargetkan malam ini untuk menghafal kimia, membaca matematika, dan mengerjakan pr b.Indonesia. Biasanya aku lebih mendahulukan pelajaran tanpa hitungan, karena aku tahu, tengah malam adalah waktu yang paling tepat untuk menghitung hal-hal logistis. Sejenak ku terengut dalam mimpi singkat, sambil terduduk. Kakiku yang berada di atas ember kedinginan. Aku mengantuk, namun pekerjaanku masih belum selesai. Aku memasukan kakiku ke dalam ember itu, dan mataku berbingar-bingar kembali, rasa dingin membuat kantukku hilang. Sesekali ku buka handphone, sekedar melihat foto seseorang yang telah ku curi dari media sosial facebook.

Dulu aku sempat nge-message, "konfir atat", namun tak ada balasan. Namun ternyata akhirnya dia menerima permintaan pertemananku. Aku mulai menjadi seorang pencopet di dunia maya, aku mendownload foto-fotonya dan menyimpannya di hp nokia-200 ku, hanphone pertama yang dibelikan oleh ayahku, karena sebelumnya aku memakai handphone temuan kakakku di bioskop, handphone yang cukup jadul, dengan tren sebutan "hape cina". Jam menunjukan pukul 23.00. Aku mulai kelelahan, maklum, aku pulang jam 4sore tadi, karena sedang persiapan kegiatan OSIS dan juga English Club. Jabatan di organisasi cukup menguras tenagaku, di kelas pun sama, ditambah lagi tuntutan bagiku untuk mempertahankan peringkat pertamaku. Aku pun membereskan bukuku, aku tak mau ada satu saja barang yang tertinggal di meja belajarku saat aku pergi ke sekolah, maka akupun memasukan semua yang harus kubawa ke dalam tas ku, malam ini juga.

Amat sangat sunyi, terakhir orangtuaku melihatku sekedar untuk mengetahui apa yang kulakukan adalah sekitar jam 10. Membuaka kamar perlahan dan tersenyum kepadaku. Ya, itu cukup memotivasiku saat belajar. Aku sudah tak tahan dengan mataku yang terus memaksakan untuk segera tertutup. Speaker aktif di pinggir kasurku sudah menjadi bagian dari hidupku. Kumatikan lampu kamar tidurku, ku tutup pintu kamarku dengan rapat, dan ku dengarkan lagu-lagu yang biasa Putra nyanyikan di kelas. Yah, hampir setiap hari Putra bermain gitar. Dengan duduk di bangku paling ujung bagian kiri kelasku, sudah cukup terdengar suara gitar dan suaranya yang khas namun dengan volume yang kecil. Aku sesekali ikut bernyanyi dengan teriakan. Dia menolehku, namun seperti biasa, aku hanya bisa membuang pandanganku. Seperti itulah keseharianku, hanya berani menyanyi dari kejauhan, aku tak begitu bernyali untuk duduk dan bernyanyi di dekatnya. Apalagi dengan suaraku yang seperti ini adanya. Suara mezzo sofran, yang artinya suara medium/sedang-sedang saja. Tinggi ku tak bisa capai, rendah pun tak dapat kujangkau. Namun aku tahu, setidaknya kepercayaan diri dalam hatiku berkata, bahwa dia sedikit saja, mungkin sekecil biji zarah saja, dia menganggap keberadaanku yang selalu ingin menyanyi dengannya.

Malam sunyi, suara katak yang terdengar dan suara binatang aneh, semacam tokek mungkin, dengan lagu-lagu j'rock, drive, ungu, dan yang sebangsanya yang selalu menemani malam-malam sepiku. Handphone yang amat kucintai selalu kupergunakan untuk merefresh otak dan tubuhku setelah menjalankan aktivitas keseharianku. Aku tertidur lelap, dan entah mengapa, dia selalu hadir di mimpiku. Ya, seperti seorang penyejuk, penyemangat di dalam hidupku. Membuatku tersenyum. Aku dapat merasakannya, walaupun aku tahu pasti bahwa dia tak mungkin merasakanku. Sampai saat itu, aku amat menunggu pesan darinya. Apakah dia mencariku, apakah dia membutuhkanku?Namun sampai saat ini handphoneku tetap seperi keadaan pemiliknya, sepi. Namun keyakinanku berkata, aku mengaguminya untuk sekedar penyemangat hidupku, mewarnai hidupku dengan indahnya senyumannya.

Sebelumnya, layar lcd laptop sudah mulai menemaniku, dengan kerjasama modem speedy yang cepatnya minta ampun, maklum dipasang melalui kabel telepon. Terkadang ku menjelajahi kehidupannya di dunia maya. Ku buka berbagai cerita tentangnya, hatiku sedikit terjatuh, hanya terkilir, tidaklah terlalu terluka, aku membaca setiap kata-kata dari media sosialnya, ya tentang kisah cintanya. Aku terkadang sedikit sedih. Tapi mungkin kesedihan tidak seharusnya dideskripsikan dengan begitu jelas, karena itu seperti batu yang dijatuhkan dari atas lautan, semakin lama akan semakin tenggelam begitu dalam. Aku hanya bisa mencegah dan menutupinya dengan senyuman. Tak boleh ada yang tahu perasaan ini. Hanya Allah, yang menciptakanku yang tahu tentang kebenaran isi hati ini. Aku tetap dapat menjalani aktivitasku dengan berbagai kesedihan itu. Aku yakin bahwa kesedihan hanyalah sifat resesif dari kehidupan, kebahagiaan dan keceriaanlah yang harus menjadi sifat dominan yang muncul di kehidupanku. Aku yakin itu. Dia telah memiliki tambatan hatinya? tak apalah, ada banyak orang yang menyukainya? tak apalah. Aku tak apa-apa =)

***
4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar